Jl. Perjuangan Kec. Kesambi, Kota Cirebon (0231) 489926 fua@uinssc.ac.id
Berita

ADIA Annual International Conference 2025 Resmi Dibuka: Soroti Tantangan Pendidikan, Budaya, dan Era Kecerdasan Buatan

Surakarta, 22 Juli 2025 – ADIA Annual International Conference 2025 resmi dibuka pada Senin, 21 Juli 2025, bertempat di Hotel Syariah Solo, Surakarta. Forum akademik tahunan ini menjadi wadah pertemuan para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai perguruan tinggi nasional maupun internasional yang tergabung dalam Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA). Tahun ini, konferensi mengangkat tema besar “Ketahanan Budaya dan Literasi Digital di Era Disrupsi AI” sebagai respon atas dinamika zaman yang kompleks.

Dekan Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. H. Imam Makruf, S.Ag, M.Pd, dalam sambutannya sebagai tuan rumah menyampaikan bahwa forum ADIA bukan hanya ajang akademik, tetapi juga momentum memperkuat jejaring keilmuan dan kolaborasi riset antar institusi. Ia menegaskan pentingnya menjaga semangat keilmuan yang berakar pada nilai-nilai adab dan kebudayaan dalam merespon tantangan global. “Kami merasa terhormat menjadi bagian dari forum ilmiah ini, dan berharap kontribusi para peserta bisa memperkaya khazanah keilmuan yang relevan dengan kebutuhan zaman,” ujarnya.

Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag, turut memberikan sambutan pembukaan dan menyoroti pentingnya studi multidisiplin, interdisipliner, dan transdisipliner sebagai fondasi pendidikan masa kini. Ia menekankan bahwa literasi digital dan ketahanan budaya merupakan isu penting yang harus terus dibahas secara serius oleh kalangan akademik. “Kami berharap hasil forum ADIA 2025 ini tidak berhenti pada diskusi ilmiah, tetapi mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan kebijakan pendidikan nasional,” ungkapnya.

Ketua ADIA, Dr. H. Faisol Fatawi, M.Ag. dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menyampaikan pandangan kritis terkait kondisi dunia pendidikan saat ini yang dinilai belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan kecerdasan buatan (AI). Ia menegaskan bahwa kehadiran AI membawa konsekuensi besar, mulai dari potensi distopia sosial, ketimpangan ekonomi, hingga pengaruh ideologi yang bisa menggerus nilai kemanusiaan. “Dunia pendidikan tidak sedang baik-baik saja. Kita harus waspada dan tetap berpegang pada nilai-nilai adab sebagai fondasi etik keilmuan,” tegasnya.

Keynote speech disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag, yang menggarisbawahi pentingnya membangun pararelisme antar pakar dan mendorong kajian interdisciplinary study dalam menjawab tantangan global. Ia juga menekankan penguatan SDM unggul yang mampu menjawab kompleksitas zaman serta pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari maqāṣid al-syarī‘ah. “Kita harus menjadi bagian dari solusi atas permasalahan negara, sebab sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain—khairunnās anfa‘uhum linnās,” tuturnya dengan penuh semangat.

Memasuki hari kedua, Selasa, 22 Juli 2025, sesi plenary menampilkan empat narasumber terkemuka. Dr. Restu Gunawan, M.Hum (Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan) mengangkat pentingnya pelestarian budaya di tengah arus digitalisasi. Dr. Suzi Handayani, M.A (FIB UGM) membahas penguatan identitas lokal dalam kurikulum pendidikan tinggi. Sementara itu, Assoc. Prof. Dr. Ermy Azziaty Rozali dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan Prof. Dr. Sharief Saad Mohamed Aljayyar dari Beni Suef University, Mesir, memberikan perspektif internasional mengenai transformasi studi humaniora dalam konteks global.

Hari ketiga, Rabu, 23 Juli 2025, diisi dengan sesi paralel yang mempresentasikan 92 paper dari berbagai perguruan tinggi. Sesi ini dilaksanakan secara hybrid—daring dan luring—sebagai bagian dari rangkaian forum ADIA 2025. Para peneliti membahas beragam tema yang berakar pada kajian ilmu adab, seperti sastra, sejarah, kajian budaya, hingga digitalisasi pendidikan. Sesi paralel ini menjadi bukti konkret bahwa kajian ilmu adab tidak hanya tetap relevan, tetapi juga terus berkembang dan adaptif dalam merespons dinamika dan tantangan zaman.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga semangat keilmuan yang humanis dan berakar pada nilai-nilai lokal. Ia menyatakan bahwa ADIA adalah ruang strategis untuk memperkuat kolaborasi lintas kampus dan mengembangkan kajian yang menjawab persoalan masyarakat. “Kita harus menjadikan forum ini sebagai tonggak kebangkitan ilmu adab yang solutif, adaptif, dan tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,” pungkasnya.

Leave a Reply