Jl. Perjuangan Kec. Kesambi, Kota Cirebon (0231) 489926 fua@uinssc.ac.id
Berita

Dosen FUA UIN Siber Syekh Nurjati Angkat Lokal Wisdom Cirebon dalam Kongres Internasional di Ankara, Turki

FUA Ankara, 10 Oktober 2024 — Kongres Bahasa, Sastra, dan Budaya Internasional ke-18 (DEKAK) 2024 di Ankara, Turki, telah menjadi ajang bertukar gagasan bagi para akademisi dari berbagai belahan dunia. Kongres yang dihadiri oleh ratusan peneliti ini membahas topik-topik penting dalam budaya, sastra, dan bahasa dengan pendekatan lintas budaya. Hari ini, delegasi dari Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA), Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, secara aktif berpartisipasi dengan mengangkat kearifan lokal Cirebon dan Indonesia di panggung internasional.

Tiga dosen dari FUA UIN Siber Syekh Nurjati telah mempresentasikan hasil riset mereka yang menggali lebih dalam nilai-nilai budaya dan tradisi Nusantara. Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi akademis, tetapi juga menunjukkan bagaimana kearifan lokal dapat menjadi modal sosial yang berharga dalam menghadapi tantangan global saat ini.

Syahrul Kirom, M.Phil., dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal suku Samin yang berasal dari Blora, Jawa Tengah. Suku ini dikenal dengan etika yang menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, dan harmoni sosial. Dalam pemaparannya, Kirom menjelaskan bagaimana suku Samin menolak keras segala bentuk korupsi dan pencurian, dan senantiasa berkomitmen untuk menjaga integritas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meneliti lebih dalam filosofi hidup suku Samin, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya kearifan lokal dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural. Kirom juga menekankan bahwa etika suku Samin ini dapat menjadi pedoman bagi generasi muda dalam membentuk pola perilaku yang berorientasi pada nilai-nilai kejujuran dan integritas.

Selain itu, H. Amin Iskandar, Lc., M.Ag., dan Prof. Dr. Hajam, M.Ag., menyampaikan hasil riset mereka yang berfokus pada tradisi Azan Pitu dan khutbah berbahasa Arab di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi elemen-elemen budaya dan agama yang menyatu dalam praktik keagamaan di Cirebon. Tradisi Azan Pitu, yang melibatkan tujuh muadzin yang mengumandangkan azan secara serentak setiap Jumat, telah berlangsung sejak masa Sunan Gunung Jati, salah satu tokoh Wali Songo. Tradisi ini bukan hanya simbol keagamaan, tetapi juga bentuk perlindungan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui metode penelitian yang mencakup wawancara dengan tokoh masyarakat dan pengamatan langsung di lapangan, penelitian ini menemukan bahwa tradisi Azan Pitu tidak hanya memperkuat ikatan spiritual di kalangan jemaah, tetapi juga memperlihatkan harmonisasi antara elemen budaya lokal Cirebon dan pengaruh kebudayaan Arab dalam khazanah keislaman lokal.

Penelitian lain yang dipresentasikan oleh H. Rijal Mahdi, Lc., MA, dan Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag., berfokus pada manuskrip Keraton Kanoman di Cirebon. Manuskrip kuno tersebut, yang sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab, Jawa, dan Sunda, menjadi saksi bisu sejarah intelektual dan spiritual di Cirebon. “Keraton Kanoman menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai melalui manuskrip-manuskrip yang berisi ajaran Islam, filosofi kepemimpinan, dan konsep moralitas,” ujar Rijal Mahdi. Dalam penelitiannya, mereka melakukan kajian filologis mendalam untuk memastikan bahwa warisan intelektual ini dapat diakses oleh generasi masa depan. Salah satu manuskrip yang menjadi fokus utama adalah KN-16, yang berisi ajaran-ajaran Islam yang relevan untuk memahami tantangan moral masyarakat kontemporer. Dengan menggunakan teori filologi modern dan metode kritik teks, penelitian ini berhasil menghidupkan kembali pesan-pesan etika yang terkandung dalam manuskrip tersebut, yang diharapkan dapat menjadi landasan bagi pembentukan pemimpin yang berintegritas di masa depan.

Selain presentasi ilmiah, para peserta kongres juga terlibat dalam diskusi-diskusi yang memperkaya wawasan tentang cara-cara pelestarian budaya dalam menghadapi era digitalisasi. Pertemuan antara para pimpinan universitas yang dijadwalkan sebagai acara tambahan diharapkan dapat membangun kolaborasi internasional lebih lanjut, dengan tujuan untuk mempertahankan warisan budaya dunia yang berharga melalui penelitian dan publikasi bersama.

Kontribusi dari dosen-dosen FUA UIN Siber Syekh Nurjati dalam kongres ini tidak hanya memperkenalkan Cirebon ke dunia internasional, tetapi juga menegaskan pentingnya kearifan lokal sebagai pondasi etika global. Keberadaan mereka di forum internasional ini menunjukkan peran penting perguruan tinggi dalam mengangkat budaya dan tradisi lokal menjadi bagian dari dialog global yang lebih luas.